Dia dan Televisi

Di sudut dia terdiam
memandang kosong di kejauhan
terdengar hiruk pikuk membahana
dari satu kotak penuh warna
yang dia sebut televisi


Ada apa gerangan wahai dunia?


Aku tak tahu
bagiku semua tampak sama
hitam dan kosong


Aku buta
buta akan cakrawala dunia
buta akan nuansa warna
buta akan wujud aksara


Ah,tapi aku istimewa
tak perlulah menyalahkan Semesta



Aku punya emosi
aku punya hati nurani
aku punya akal sehat


dan dia bergumam
Memang dunia sudah gila



Kini dia geram
tak sanggup menahan
namun dia tak bisa
hanya kepalan tangan saja
di atas kaki yang tak sempurna
yang dipangku pada jeruji kursi roda


Tapi sayang,,
dia lupa
bahwa dia masih punya doa



.... dan televisi itu
masih saja menyiarkan tangis menyayat
berpadu dengan darah dan suara dentuman....


(Masih adakah cinta di dunia jika perang dan permusuhan terus merajai?)


[07 Januari '09-di awal tahun dan Bandung terasa panas]