Sabtu, 31 Juli 2010

Wanita (21 Juni 2010)

Sebenarnya ada berapa banyak wanita ya di dunia ini? Ah, jangan dunia lah,,,sebut saja Indonesia mmhhh…..tampaknya banyak sekali….hampir di semua tempat wanita begitu mendominasi. Di jalan, perkantoran, sekolah, tempat kuliah, restoran, rumah sakit apalagi di mall. Ada yang pesolek, sederhana, anggun, bahkan tomboy. Wanita tetap wanita sesuai kodratnya yang mempunyai fisik berbeda dengan pria. Bagaimanapun tampilannya tetap istimewa dan terlihat indah diantara kemaskulinan para pria. Teristimewa karena dari yang namanya wanita terlahirlah seorang generasi penerus melalui sebuah rahimnya. Wanita itu adalah ibu. Seseorang yang rela membagi makanannya untuk sang calon bayi, Seseorang yang sudah siap untuk menerima resiko hidup dan mati saat persalinan, seseorang yang mau diganggu waktu bekerjanya hingga waktu tidurnya demi seseorang yang disebut anak. Sungguh luar biasa wanita yang kita sebut ibu.

Tapi seorang ibu juga seorang istri. Istri bagi sang bapak anaknya, Istri bagi peneman hidup dikala suka dan duka perjalanan suaminya, Istri bagi penyemangat dan penghangat dalam keluarga, Istri bagi pemasak terhebat dalam rumah. Sekali lagi saya katakan sungguh luar biasa wanita yang disebut istri.
Baik ibu atau istri, tetap saja dulunya pernah muda dan berjaya bahkan mungkin sampai saat dia masih menjalankan kodrat dan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Berkarir menjadi pengajar, pegawai negeri, karyawan, dokter, perawat, supir, polisi bahkan emansipasi sudah merambah jauh hingga saya pernah melihat di tivi seorang paspampres wanita!

Saya tidak begitu tahu apakah keadaan emansipasi seperti ini yang dicita-citakan oleh Kartini. Maklumlah saya belum lahir pada saat beliau berkeluh kesah tentang terkekangnya para wanita saat itu. Saya hanya tahu dari pelajaran sejarah zaman SD dulu yang mengatakan bahwa konon dulu wanita diperlakukan kolot, tidak boleh sekolah tinggi apalagi kerja di luar. Katanya lagi wanita itu harus di rumah saja, mengurus anak dan suami, memasak dan mencuci. Namun Kartini yang cerdas, supel dan banyak teman membuka wawasan dengan bersahabat pena dengan teman jauhnya. Tak hanya itu Kartini kemudian mempelajari, menganalisa dan mengeluarkan konsep hingga semangatnya yang mengelora menggebrak dinding pemikiran konservatif tentang wanita sampai pada pemunculan bukuHabis Gelap Terbitlah Terang”.

“Habis Gelap Terbitlah Terang” kalimat berisi empat kata yang penuh makna. Kata bermakna yang diharapkan seorang Kartini, wanita Indonesia dapat menerangkan dunia bahkan jika mampu buatlah dunia menjadi lebih terang lagi. Menjadi penerang dalam roda perekonomian negeri, menjadi penerang dalam kancah perpolitikan dan pemerintahan, menjadi penerang dalam dunia kesehatan, dan juga menjadi penerang bagi keluarga.

Namun dibalik semua kekuatan dan kemampuannya mengajukan suara yang dinamakan emansipasi, wanita tetaplah wanita sesuai kodratnya sebagai bagian dari tulang rusuk sang Adam yang masih butuh dilindungi dan dinaungi. Makhluk Tuhan yang menyukai keindahan dan juga senang diperlakukan dengan cara yang “cantik”.

Subhanallah……….


Bandung, 21 Juni 2010–Teruntuk wanita-wanita hebat di seluruh penjuru tanah air-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar